LAPORAN STUDI LAPANGAN
museum
negri medan
masjid
raya medan
istana
maimun
Untuk
mekengkapi nilai di SMA Negri 1 tigapanah
PEMERINTAHAN
KABUPATEN KARO
DINAS
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA
NEGERI 1 TIGAPANAH
2014
LEMBAR PENGESAHAN
medan
–Sumatra utara
museum
negri medan
masjid
raya medan
istana
maimun
Disajikan
sebagai salah satu tugas
Untuk
melengkapi nilai di SMA Negeri 1 tigapanah
Mengetahui,
tigapanah,
maret 2014
Kepala SMA Negeri 1 tigapanah
Pembimbing,
Drs. JOSUA PERANGIN-ANGIN REHMANITA
BR TARIGAN S.Pd
NIP : 19690324 199412 1 001 NIP
:197701303 200701 2 003
dik
Orang tua
.........................
Kata Pengantar
Puji
syukur kami panjatkan kehadiran TUHAN YANG MAHA ESA yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya pada kita semua sehingga kami bisa menyelsaikan tugas
karya tulis ilmiah ini denganbaik dan lancar, untuk melengkapi nilai di
SMA Negri 1 tigapanah, dan mengembangkan kemampuan menulis kami.
Tak
lupa kami ucapkan terima kasih yang sebanyak – banyaknya kepada yang terhormat:
1.
Drs. JOSUA PERANGIN-ANGIN selaku Kepala sekolah SMA Negeri 1 tigapanah
KETUA PANITIA :
Dra. RIDAWATI Br GINTING
SEKRETARIS : JULI ANITA Br TARIGAN S.Pd
BENDAHARA : DELI SUSANTI Br SEMBIRING
SP.d
PENDAMPING KUNJUNGAN : 1. SEMUA WALI
KELAS
2. PKS
3. PEMBINA OSIS
4. GURU MATA PELAJARAN SEJARAH
2.
ROBINSON
BARUS S.Pd ,ALAM SEMBIRING
S.Pd yang
telah membimbing dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah, yang telah banyak
memberikan masukan dan bimbingan selama ini.
3.
Pamuji Santosa, S.P. selaku pembimbing dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah, yang
telah banyak memberikan masukan dan bimbingan selama ini.
4.
Siswa – siswi SMA Negeri 1 tigapanah yg telah bekerjasama dengan baik
selama menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
5.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini Semoga segala bantuan dan dukungan yang diberikan kepada kami,
mendapat imbalan yang berlipat dari Allah Subhanahu Wata’ala, amin. Kami
menyadari dalam Karya tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan, sehingga saran
dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan dalam penyempurnaan karya tulis
ini. Atas saran, kritik maupun bantuaannya kami ucapkan terima kasih.
tigapanah, maret 2014
faklin romansen munthe
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
1.2 Tujuan Observasi
1.3 Waktu Pelaksanaan
2.3 Metodologi
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Hasil Observasi Studi Lapangan di medan
3.2 Penjelasan
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Lampiran
Perihal Lampiran
I
Susunan Acara
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003. Pasal 34 ayat 3 menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan
tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat.
SDM
guru yang unggul menjadi tuntutan bagi kemajuan lembaga pendidikan, dan
keunggulan akan tercapai bila guru mau bekerja keras belajar dan menggali
pengalaman dari orang lain yang lebih maju. Sehingga pengajaran dalam mengajar
murid – murid akan lebih terlaksana dengan baik.
Pelajar
adalah peserta didik yang memiliki potensi intelektuaklnya memiliki tugas
pokok dalam pendidikan di sekolah, guna pengembangan kemampuan dalam SEJARAH.
Dalam dimensi kehidupan masyarakat di Indonesia. Dalam dua perspektif tersebut,
maka potensi yang dimiliki perlu dikembangkan, salah satunya dengan cara
mengadakan Studi Lapangan
Akan
banyak memberikan efek positif kepada pelajar, karena dengan melihat dan
mempelajari langsung maka para pelajar akan lebih terbuka wawasan dan
intelektualnya sehingga pelajar yang dibimbing oleh guru tersebut menerapkan
konsep ideal yang dipelajarinya dilapangan. Lebih jauh lagi, maka pendidikan
akan berkembang lebih maju lagi.
SMA
Negeri 1 tigapanah tahun pelajaran 2013/ 2014 mengadakan karya wisata ke MEDAN untuk
menambah wawasan. Kami mengunjungi museum negri medan untuk mengetahui apa saja
peninggalan sejarah.
1.2
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
UNTUK MENGETAHUI APA SAJA
PENINGGALAN YANG BERSEJARAK DI SUMATARA UTARA DAM MENGETAHUI KERAJAAN DELI DI
SUMATERA UTARA
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui faktor – faktor dan proses PERA SEJARAH
b. Untuk mengetahui bentuk – bentuk
dan penjelasan dari alat – alat
PRA SEJARAH
c. Untuk mengetahui proses sejarah
gedung ISTANA MAIMUN
d. Untuk menambah Pengetahuan
e. Untuk menambah wawasan
d. Untuk melatih dan mengembangkan
kemampuan dan keterampilan dalam
menulis.
1.3
Waktu pelaksanaan
Sabtu, 15 Maret 2014
07
30 WIB : Persiapan
08
00 -
1030 WIB : KABAN JAHE - MEDAN
10
30
- 12 00
WIB :
MUSEUM
12
00 WIB : Makan siang
13
00 WIB : Menuju masjid raya
13
15
- 1400
WIB : MASJID RAYA
1400
WIB : Menuju istana maimu
1410 -1500 WIB : Istana maimun
1500 -1530 WIB :
Perjalanan ke kebun binatang
1530 - 1630WIB :
Kebun binatang
1630 WIB :
Pulang ke kabanjahe
di
MUSEUM
NEGERI PROVINSISUMATERA UTARA
Museum Negeri Provinsi Sumatera
Utara diresmikan tanggal 19 April 1982 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
Dr.Daoed Yoesoef, namun peletakan koleksi pertama dilakukan oleh Presiden
Republik Indonesia pertama, Ir. Soekarno, tahun 1954 berupa makara. Oleh karena
itu museum ini terkenal dengan nama Gedung Arca. Museum Negeri Provinsi
Sumatera Utara terletak di Jalan H.M.Joni no. 15, Medan. Jarak dari bandara
udara Polonia sekitar 3 km, dan dari pelabuhan laut Belawan sekitar 25 km.
Sedangkan dari pusat pemerintahan kantor Gubernur Sumatera Utara berkisar 3 km.
Bangunan museum berdiri di atas
lahan seluas 10.468 meter persegi, terdiri dari bangunan induk dua lantai yang
difungsikan sebagai ruang pameran tetap, ruang pameran temporer, ruang
audio-visual/ceramah, ruang Kepala Museum, tata usaha, ruang seksi bimbingan,
perpustakaan, ruang mikro film, ruang komputer, serta gudang. Secara
arsitektur, bentuk bangunan induk museum ini menggambarkan rumah tradisional
daerah Sumatera Utara. Pada bagian atap depan dipenuhi dengan ornamen dari
etnis Melayu, Batak Toba, Simalungun, Karo, Mandailing, Pakpak, dan Nias.
Berdasarkan koleksi yang dimiliki,
Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara dikategorikan sebagai museum umum.
Sebagian besar koleksinya berasal dari daerah Sumatera Utara berupa benda-benda
peninggalan sejarah budaya mulai dari masa prasejarah, klasik pengaruh
Hindu-Buddha, Islam, hingga sejarah perjuangan masa kini. Sebagian lainnya
berasal dari beberapa daerah lain di Indonesia dan dari negara lain seperti
Thailand. Hingga tahun 2005 Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara menyimpan
kurang lebih 6.799 koleksi. Berikut akan diuraikan koleksi museum ini.
MASA PRASEJARAH
Pada ruang pertama ini ditampilkan sejarah geologi mulai terbentuknya alam semesta, pergeseran benua, dan Pulau Sumatera. Sejarah alam mengenai migrasi manusia, sebaran flora dan fauna, juga mengenai kehidupan prasejarah. Koleksi yang ditampilkan meliputi replika hewan khas Sumatera, replika fosil manusia purba, diorama kehidupan prasejarah, serta beragam perkakas prasejarah.
Pada ruang pertama ini ditampilkan sejarah geologi mulai terbentuknya alam semesta, pergeseran benua, dan Pulau Sumatera. Sejarah alam mengenai migrasi manusia, sebaran flora dan fauna, juga mengenai kehidupan prasejarah. Koleksi yang ditampilkan meliputi replika hewan khas Sumatera, replika fosil manusia purba, diorama kehidupan prasejarah, serta beragam perkakas prasejarah.
GALERI
KOLONIALISME
KEBUDAYAAN SUMATERA UTARA KUNO
Menampilkan jejak dari peradaban awal masyarakat Sumatera Utara, mulai dari masa megalitik tua hingga masa perundagian. Koleksi yang ditampilkan meliputi temuan budaya megalit seperti peti mati dari batu (sarkofagus), benda-benda religi berupa patung batu dan kayu, tongkat perdukunan, wadah obat dari gading, serta koleksi naskah Batak Kuno yang ditulis pada kulit kayu yang disebut Pustaha Laklak.
Menampilkan jejak dari peradaban awal masyarakat Sumatera Utara, mulai dari masa megalitik tua hingga masa perundagian. Koleksi yang ditampilkan meliputi temuan budaya megalit seperti peti mati dari batu (sarkofagus), benda-benda religi berupa patung batu dan kayu, tongkat perdukunan, wadah obat dari gading, serta koleksi naskah Batak Kuno yang ditulis pada kulit kayu yang disebut Pustaha Laklak.
MASA KERAJAAN HINDU-BUDDHA
Peradaban Hindu dan Buddha menyebar ke wilayah Indonesia seiring dengan berkembangnya perniagaan Asia sekitar abad ke-2 Masehi. Ruang ini menampilkan koleksi peninggalan agama Hindu-Buddha yang ditemukan di daerah Sumatera Utara, diantaranya temuan arkeologi dari situs Percandian Padang Lawas dan situs Kota Cina. Benda koleksi meliputi arca batu, perunggu, pecahan keramik, dan mata uang kuno, juga sebuah replika candi induk dari Candi Bahal I.
Peradaban Hindu dan Buddha menyebar ke wilayah Indonesia seiring dengan berkembangnya perniagaan Asia sekitar abad ke-2 Masehi. Ruang ini menampilkan koleksi peninggalan agama Hindu-Buddha yang ditemukan di daerah Sumatera Utara, diantaranya temuan arkeologi dari situs Percandian Padang Lawas dan situs Kota Cina. Benda koleksi meliputi arca batu, perunggu, pecahan keramik, dan mata uang kuno, juga sebuah replika candi induk dari Candi Bahal I.
MASA KERAJAAN ISLAM
Ruang Islam menampilkan berbagai artefak peninggalan masa Islam seperti replika berbagai batu nisan dari makam Islam yang ditemukan di daerah Barus, Sumatera Utara. Serta nisan peninggalan Islam yang bercorak khas Batak, beberapa Al Qur'an, dan naskah Islam tua yang ditulis dengan tangan. Serta sebuah replika Masjid Azizi di Medan (note: tepatnya di Tanjung Pura, Langkat; negeri kelahiran Amir Hamzah).
Ruang Islam menampilkan berbagai artefak peninggalan masa Islam seperti replika berbagai batu nisan dari makam Islam yang ditemukan di daerah Barus, Sumatera Utara. Serta nisan peninggalan Islam yang bercorak khas Batak, beberapa Al Qur'an, dan naskah Islam tua yang ditulis dengan tangan. Serta sebuah replika Masjid Azizi di Medan (note: tepatnya di Tanjung Pura, Langkat; negeri kelahiran Amir Hamzah).
KOLONIALISME DI SUMATERA UTARA
Sebelum Pemerintah Hindia Belanda masuk dan memerintah di wilayah Sumatera, para pengusaha dari Eropa khususnya Jerman telah datang dan membuka perkebunan di Sumatera. Koleksi masa kolonial membawa kita kembali pada masa-masa tersebut, ketika kemajuan usaha perkebunan telah melahirkan Medan sebagai kota multikultur yang kaya, unik, dan menarik. Koleksi yang ditampilkan meliputi komoditas perdagangan kolonial, alat-alat, dan mata uang perkebunan, foto-foto bersejarah yang langka, model figur kolonial, serta replika dari kehidupan kota Medan tempo dulu.
Sebelum Pemerintah Hindia Belanda masuk dan memerintah di wilayah Sumatera, para pengusaha dari Eropa khususnya Jerman telah datang dan membuka perkebunan di Sumatera. Koleksi masa kolonial membawa kita kembali pada masa-masa tersebut, ketika kemajuan usaha perkebunan telah melahirkan Medan sebagai kota multikultur yang kaya, unik, dan menarik. Koleksi yang ditampilkan meliputi komoditas perdagangan kolonial, alat-alat, dan mata uang perkebunan, foto-foto bersejarah yang langka, model figur kolonial, serta replika dari kehidupan kota Medan tempo dulu.
PERJUANGAN RAKYAT SUMATERA UTARA
Seperti halnya daerah lain di Indonesia, di Sumatera Utara telah tumbuh benih-benih perlawanan terhadap penjajah jauh sebelum kemerdekaan. Ruang perjuangan menceritakan sejarah perjuangan masyarakat Sumatera Utara sejak sebelum 1908 sampai masa revolusi fisik 1945-1949, juga ditampilkan sejarah perjuangan pers di Sumatera Utara. Benda koleksi meliputi senjata tradisional dan modern, obat-obatan tradisional, peralatan komunikasi yang digunakan melawan penjajah. Juga ditampilkan lukisan kepahlawanan dan poster propaganda masa perang.
Seperti halnya daerah lain di Indonesia, di Sumatera Utara telah tumbuh benih-benih perlawanan terhadap penjajah jauh sebelum kemerdekaan. Ruang perjuangan menceritakan sejarah perjuangan masyarakat Sumatera Utara sejak sebelum 1908 sampai masa revolusi fisik 1945-1949, juga ditampilkan sejarah perjuangan pers di Sumatera Utara. Benda koleksi meliputi senjata tradisional dan modern, obat-obatan tradisional, peralatan komunikasi yang digunakan melawan penjajah. Juga ditampilkan lukisan kepahlawanan dan poster propaganda masa perang.
GUBERNUR & PAHLAWAN SUMATERA
UTARA
Ruang ini menampilkan para pahlawan nasional yang berasal dari provinsi Sumatera Utara, juga para mantan gubernur yang telah berjasa membangun dan memajukan provinsi Sumatera Utara. Koleksi berupa foto-foto serta lukisan dari para pahlawan dan mantan gubernur Sumatera Utara.
Ruang ini menampilkan para pahlawan nasional yang berasal dari provinsi Sumatera Utara, juga para mantan gubernur yang telah berjasa membangun dan memajukan provinsi Sumatera Utara. Koleksi berupa foto-foto serta lukisan dari para pahlawan dan mantan gubernur Sumatera Utara.
Sumber: Buklet 'Museum Negeri
Provinsi Sumatera Utara' (Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata)
Alamat:
Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara
Jl. H.M. Joni no. 51
Medan
Sumatera Utara
Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara
Jl. H.M. Joni no. 51
Medan
Sumatera Utara
Koleksi
Sampai tahun 2005, Museum Sumatera Utara memiliki 6799
koleksi. Terdiri atas replika hewan khas Sumatera, replika fosil
manusia purba, diorama kehidupan
prasejarah, serta beragam perkakas prasejarah. Adapun, peninggalan lain seperti arca-arca peninggalan zaman Hindu-Budha, peninggalan batu nisan, Al-Qur'an, replika Masjid Azizi ada disini, dan juga perkakas zaman Kolonial Belanda juga dikoleksi. Selain itu, terdapat pula model figur kolonial, dan replika kehidupan kota Medan zaman dulu.
Benda koleksi meliputi senjata tradisional dan modern, obat-obatan tradisional, peralatan komunikasi yang digunakan melawan penjajah. Juga ditampilkan lukisan kepahlawanan dan poster propaganda masa perang. Dan terakhir, foto-foto serta lukisan dari para pahlawan dan mantan gubernur Sumatera Utara juga dikoleksi di sini
Meliputu :
1.
nama :kitab alqrhan
Asal :jawa timur
Fungsi :buku suci
Terbuat
daria apa :kulit kayu
2.
nama :kris
Asal :nias
Fungsi :bela diri
Terbuat daria
apa :besi, kuningan
3.
nama :replica pedagang pedagang india
Asal :-
Fungsi :-
Terbuat
daria apa :-
4.
nama :peralatan jaman pera sejarah
Asal :Sumatra utara
Fungsi :alat berburu
Terbuat
daria apa :batu
5.
nama :patung dewa wisnu
Asal :jawa timur
Fungsi :pemujaan
Terbuat
daria apa :batu
6.
nama :tombak
Asal :batak karo
Fungsi :alat perang
Terbuat
daria apa : kayu
7.
nama :replica patung gajah mada
Asal :jawa timur
Fungsi :pemujaan
Terbuat
daria apa :batu
8.
nama :meriam
Asal :sumatra
Fungsi :alat perang
Terbuat
daria apa :besi
9.
nama :miniature krtangka rumah adat
karo
Asal :kab. karo
Fungsi :tempat tinggal
Terbuat
daria apa : kayu, bambu
10.
nama :patung siwa
Asal :sumatera utara
Fungsi :pemujaan
Terbuat
daria apa :batu yang di pahat
11.
nama :replica rumah pada jaman dahulu
Asal :jawa timur
Fungsi :buku suci
Terbuat
daria apa : kayu,bambu,ijuk,dll
12.
nama :alat pertanian
Asal :sumatra
Fungsi :membajak sawah
Terbuat
daria apa : kayu
13.
nama :seplika candi
Asal :jawa timur
Fungsi :tempat pemujaan
Terbuat
daria apa :batu
14.
nama :peralatan perang orang belanda
Asal :jawa timur
Fungsi :menghalau musuh
Terbuat
daria apa :besi,amunisi, dll
15.
nama :kerangka mamot
Asal :jawa timur
Fungsi :-
Terbuat
daria apa :-
16.
nama :petimati
Asal :jawa timur
Fungsi :tempat mayati
Terbuat
daria apa : kayu
17.
nama :replica harimau sumatera
Asal :sumatara utara
Fungsi :-
Terbuat
daria apa :-
18.
nama :manusia jaman pra sejarah
Asal :jawa timur
Fungsi :
-
Terbuat
daria apa :-
19. nama :kemiri
Asal :batak
karo
Fungsi :
obat luka bakar
Terbuat
daria apa :-
20. nama :gambir
Asal :batak karo
Fungsi : obat luka
Terbuat
daria apa :-
21. nama :buah
pinang
Asal :batak
karo
Fungsi :
obat luka bakar
Terbuat
daria apa :-
22. nama :kulit
batang pisang
Asal :batak karo
Fungsi : pembalut luka
Terbuat
daria apa :-
23. nama :buah
rimbang
Asal :batak
karo
Fungsi :
pengganti nasi
Terbuat
daria apa :-
24. nama :meriam
tomong
Asal :masa perjuangan
Fungsi : perang
Terbuat
daria apa :-
25. nama :daun
sirih
Asal :batak
karo
Fungsi :
obat luka bakar
Terbuat
daria apa :-
26. nama :arang
tempurung
Asal :batak karo
Fungsi : obat luka pengganti nori
Terbuat
daria apa :-
27. nama :mesin
ketik
Asal :-
Fungsi :
alat komunikasi
Terbuat
daria apa :-
28. nama :bom
kersik
Asal :-
Fungsi : malawan musuh
Terbuat
daria apa :-
29. nama :miniature
solu
Asal :batak
karo
Fungsi :
alat transportasi
Terbuat
daria apa :-
30. nama :sahan
Asal :toba
Fungsi : pelindung
Terbuat
daria apa :gading
31. nama :ingan
tambar
Asal :batak
karo
Fungsi :
tempat obat obatan
Terbuat
daria apa :-kayu
32. nama :miniature
pedati karo
Asal :batak karo
Fungsi : mengangkut alat pertanian
Terbuat
daria apa : kayu yang ditarik hewan
33. nama :peralatan
perikanan
Asal :-
Fungsi :
menangkap ikan
Terbuat
daria apa :kayu dan bam bu
34.
nama :peralatan perkebunan
Asal :-
Fungsi : berkebun
Terbuat
daria apa :-
35. nama :pakaian
dan alat perang nias
Asal :nias selatan
Fungsi : pelindung diri
Terbuat
daria apa : kulit kayu
36. nama :meja
kayu
Asal :nias
selatan
Fungsi :
-
Terbuat
daria apa :-
37. nama :piso
halasan
Asal :batak karo
Fungsi : senjata membela diri
Terbuat
daria apa :besi bentuk lurus
38. nama :miniature
rumah bolon
Asal :simalungun
Fungsi :
tempat tinggal
Terbuat
daria apa : kayu
Di Masjid Raya Medan
Mesjid Al -Mashun
Medan yang terletak di jantung kota tepatnya di Jalan Sisingamangaraja, meski
usianya hampir 100 tahun atau seabad (1906 - 2000), namun bangunan dan berbagai
ornamennya masih tetap utuh dan kokoh. Peninggalan kerajaan Islam Melayu Deli
hingga kini masih menjadi kebanggaan umat Islam Medan dan Sumut, bahkan menjadi
salah satu keunikan sejarah Islam masyarakat Melayu di Sumatera maupun di
Malaysia.
Karenanya, rumah Allah ini tidak pernah sepi dari kunjungan umat baik untuk beribadah atau sekedar ber itikaf siang atau malam, apalagi kalau saat-saat bulan Ramadhan seperti ini pintu bangunan tua ini nyaris tidak ditutup selama 24 jam.
Masjid yang menjadi identitas Kota Medan ini, memang bukan sekedar bangunan antik bersejarah biasa, tetapi juga menyimpan keunikan tersendiri mulai dari gaya arsitektur, bentuk bangunan, kubah, menara, pilar utama hingga ornamen-ornamen kaligrafi yang menghiasi tiap bagian bangunan tua ini. Masjid ini dirancang dengan perpaduan gaya arsitektur Timur Tengah, India dan Eropa abad 18.
Merupakan salah satu peninggalan Sultan Ma’moen Al Rasyid Perkasa Alam - penguasa ke 9 Kerajaan Melayu Deli yang berkuasa 1873 - 1924 . Masjid Raya Al- Mashun sendiri dibangun tahun 1906 diatas lahan seluas 18.000 meter persegi, dapat menampung sekitar 1.500 jamaah dan digunakan pertama kali pada hari Jum’at 25 Sya’ban 1329 H ( 10 September 1909).
Peninggalan Sulthan Ma’moen lainnya yang hingga kini masih utuh bahkan menjadi andalan objek wisata sejarah Medan adalah Istana Maimoon yang selesai dibangun 26 Agustus 1888 dan mulai dipakai 18 Mei 1891, dan berbagai bangunan tua lainnya seperti residen pejabat kesulthanan, masjid dan ruang pertemuan yang tersebar di berbagai pelosok bekas wilayah kesulthanan Melayu Deli- kini wilayah Kodya Medan, Kodya Binjai, Kab. Langkat dan Kab Deli Serdang.
Masjid Raya Al-Mashun Medan, banyak dikagumi karena bentuknya yang unik tidak seperti bangunan masjid biasa yang umumnya berbentuk segi empat. Masjid ini, dirancang berbentuk bundar segi delapan dengan 4 serambi utama - di depan, belakang, dan samping kiri kanan, yang sekaligus menjadi pintu utama masuk ke masjid.
Antara serambi yang satu dengan lainnya dihubungkan oleh selasar kecil, sehingga melindungi bangunan/ruang utama dari luar. Di bagian dalam masjid ini, ditopang oleh 8 buah pilar utama berdiameter 0,60 m yang menjulang tinggi dan langsung menjadi penyangga kubah utama pada bagian tengah. Sedangkan 4 kubah lainnya berada di atas ke empat serambi selain ditambah dengan 2 buah menara di kiri-kanan belakang masjid
Kecuali itu, mimbar, keempat pintu utama dan 8 buah jendela serambi terbuat dari ukiran kayu jenis merbau bergaya seni tinggi - terbukti hingga kini masih tetap utuh. Belum lagi dengan ukiran dan hiasan ornamen khas Melayu Deli pada setiap sudut bangunan, yang serta merta melahirkan nilai-nilai sakral religius yang teramat dalam bagi tiap orang yang memasukinya.
Pada bulan Ramadhan seperti saat ini, suasana di Masjid Raya ini menjadi jauh lebih semarak dibanding hari-hari biasa. Kegiatan ibadah tidak hanya berlangsung siang hari, melainkan juga malam hari hingga menjelang waktu sahur. Hanya saja kalau siang disisi dengan kegiatan muzakarah, diskusi tentang hukum sya’ri Islam, ceramah Ramadhan, dan berbagai kegiatan pengkajian Islam lainnya.
Sedangkan, malam hari kegiatannya berupa shalat Tarawih dan Tadarrus Al-Qur’an hingga larut malam malah sampai dini hari saat sahur tiba. Kecuali itu, untuk menghidupkan suasana di komplek masjid, pengurus juga menyiapkan makanan bukaan setiap sore dengan bahan dari sumbangan para dermawan dan masyarakat sekitar masjid. Makanan berbuka yang disiapkan hingga 300 - 500 orang tersebut khusus bagi anak-anak yatim, gelandangan, dan kaum musafir yang jauh dari rumahnya saat waktu berbuka tiba.
Karenanya, rumah Allah ini tidak pernah sepi dari kunjungan umat baik untuk beribadah atau sekedar ber itikaf siang atau malam, apalagi kalau saat-saat bulan Ramadhan seperti ini pintu bangunan tua ini nyaris tidak ditutup selama 24 jam.
Masjid yang menjadi identitas Kota Medan ini, memang bukan sekedar bangunan antik bersejarah biasa, tetapi juga menyimpan keunikan tersendiri mulai dari gaya arsitektur, bentuk bangunan, kubah, menara, pilar utama hingga ornamen-ornamen kaligrafi yang menghiasi tiap bagian bangunan tua ini. Masjid ini dirancang dengan perpaduan gaya arsitektur Timur Tengah, India dan Eropa abad 18.
Merupakan salah satu peninggalan Sultan Ma’moen Al Rasyid Perkasa Alam - penguasa ke 9 Kerajaan Melayu Deli yang berkuasa 1873 - 1924 . Masjid Raya Al- Mashun sendiri dibangun tahun 1906 diatas lahan seluas 18.000 meter persegi, dapat menampung sekitar 1.500 jamaah dan digunakan pertama kali pada hari Jum’at 25 Sya’ban 1329 H ( 10 September 1909).
Peninggalan Sulthan Ma’moen lainnya yang hingga kini masih utuh bahkan menjadi andalan objek wisata sejarah Medan adalah Istana Maimoon yang selesai dibangun 26 Agustus 1888 dan mulai dipakai 18 Mei 1891, dan berbagai bangunan tua lainnya seperti residen pejabat kesulthanan, masjid dan ruang pertemuan yang tersebar di berbagai pelosok bekas wilayah kesulthanan Melayu Deli- kini wilayah Kodya Medan, Kodya Binjai, Kab. Langkat dan Kab Deli Serdang.
Masjid Raya Al-Mashun Medan, banyak dikagumi karena bentuknya yang unik tidak seperti bangunan masjid biasa yang umumnya berbentuk segi empat. Masjid ini, dirancang berbentuk bundar segi delapan dengan 4 serambi utama - di depan, belakang, dan samping kiri kanan, yang sekaligus menjadi pintu utama masuk ke masjid.
Antara serambi yang satu dengan lainnya dihubungkan oleh selasar kecil, sehingga melindungi bangunan/ruang utama dari luar. Di bagian dalam masjid ini, ditopang oleh 8 buah pilar utama berdiameter 0,60 m yang menjulang tinggi dan langsung menjadi penyangga kubah utama pada bagian tengah. Sedangkan 4 kubah lainnya berada di atas ke empat serambi selain ditambah dengan 2 buah menara di kiri-kanan belakang masjid
Kecuali itu, mimbar, keempat pintu utama dan 8 buah jendela serambi terbuat dari ukiran kayu jenis merbau bergaya seni tinggi - terbukti hingga kini masih tetap utuh. Belum lagi dengan ukiran dan hiasan ornamen khas Melayu Deli pada setiap sudut bangunan, yang serta merta melahirkan nilai-nilai sakral religius yang teramat dalam bagi tiap orang yang memasukinya.
Pada bulan Ramadhan seperti saat ini, suasana di Masjid Raya ini menjadi jauh lebih semarak dibanding hari-hari biasa. Kegiatan ibadah tidak hanya berlangsung siang hari, melainkan juga malam hari hingga menjelang waktu sahur. Hanya saja kalau siang disisi dengan kegiatan muzakarah, diskusi tentang hukum sya’ri Islam, ceramah Ramadhan, dan berbagai kegiatan pengkajian Islam lainnya.
Sedangkan, malam hari kegiatannya berupa shalat Tarawih dan Tadarrus Al-Qur’an hingga larut malam malah sampai dini hari saat sahur tiba. Kecuali itu, untuk menghidupkan suasana di komplek masjid, pengurus juga menyiapkan makanan bukaan setiap sore dengan bahan dari sumbangan para dermawan dan masyarakat sekitar masjid. Makanan berbuka yang disiapkan hingga 300 - 500 orang tersebut khusus bagi anak-anak yatim, gelandangan, dan kaum musafir yang jauh dari rumahnya saat waktu berbuka tiba.
Sejarah Masjid Raya Medan
Masjid Al Mashun Medan atau lebih dikenal dengan Masjid
Raya Medan terletak di jantung kota Medan.
Meski umurnya sudah lebih dari satu abad (berdiri tahun 1906), tapi bangunan
dan seluruh ornamennya masih saja utuh dan kuat. Warisan kerajaan Islam Melayu
Deli sampai sekarang masih sebagai kebanggaan masyarakat muslim Medan dan
Sumatera Utara. Masjid Raya Medan juga sebagai salah satu masjid bersejarah
di Indonesia.
Makanya,
Masjid Raya Medan ini selalu ramai dikunjungi umat baik untuk beribadah atau
sekedar ber itikaf siang atau malam, apalagi kalau saat-saat bulan Ramadhan
seperti ini pintu Masjid Raya Medan ini nyaris tidak ditutup selama 24 jam.
Kuburan raja amanah
Kuburan gubernur yang mati karena kecelakaan pesawat
Kuburan
para ulama masjid raya medan
Di
Istana Maimun
Sejarah
Istana Maimun
Istana
Maimun, terkadang disebut juga Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran
Kerajaan Deli. Istana ini didominasi warna kuning, warna kebesaran kerajaan
Melayu. Pembangunan istana selesai pada 25 Agustus 1888 M, di masa kekuasaan
Sultan Makmun al-Rasyid Perkasa Alamsyah. Sultan Makmun adalah putra sulung
Sultan Mahmud Perkasa Alam, pendiri kota Medan.
Sejak
tahun 1946, Istana ini dihuni oleh para ahli waris Kesultanan Deli. Dalam
waktu-waktu tertentu, di istana ini sering diadakan pertunjukan musik
tradisional Melayu. Biasanya, pertunjukan-pertunjukan tersebut dihelat dalam
rangka memeriahkan pesta perkawinan dan kegiatan sukacita lainnya. Selain itu,
dua kali dalam setahun, Sultan Deli biasanya mengadakan acara silaturahmi antar
keluarga besar istana. Pada setiap malam Jumat, para keluarga sultan mengadakan
acara rawatib adat (semacam wiridan keluarga).
Bagi
para pengunjung yang datang ke istana, mereka masih bisa melihat-lihat koleksi
yang dipajang di ruang pertemuan, seperti foto-foto keluarga sultan, perabot
rumah tangga Belanda kuno, dan berbagai jenis senjata. Di sini, juga terdapat
meriam buntung yang memiliki legenda tersendiri. Orang Medan menyebut meriam
ini dengan sebutan meriam puntung.
Kisah
meriam puntung ini punya kaitan dengan Putri Hijau. Dikisahkan, di Kerajaan
Timur Raya, hiduplah seorang putri yang cantik jelita, bernama Putri Hijau. Ia
disebut demikian, karena tubuhnya memancarkan warna hijau. Ia memiliki dua
orang saudara laki-laki, yaitu Mambang Yasid dan Mambang Khayali. Suatu ketika,
datanglah Raja Aceh meminang Putri Hijau, namun, pinangan ini ditolak oleh
kedua saudaranya. Raja Aceh menjadi marah, lalu menyerang Kerajaan Timur Raya.
Raja Aceh berhasil mengalahkan Mambang Yasid. Saat tentara Aceh hendak masuk
istana menculik Putri Hijau, mendadak terjadi keajaiban, Mambang Khayali
tiba-tiba berubah menjadi meriam dan menembak membabi-buta tanpa henti. Karena
terus-menerus menembakkan peluru ke arah pasukan Aceh, maka meriam ini terpecah
dua. Bagian depannya ditemukan di daerah Surbakti, di dataran tinggi Karo,
dekat Kabanjahe. Sementara bagian belakang terlempar ke Labuhan Deli, kemudian
dipindahkan ke halaman Istana Maimun.
Setiap
hari, Istana ini terbuka untuk umum, kecuali bila ada penyelenggaraan upacara
khusus.
2.
Lokasi
Istana
ini terletak di jalan Brigadir Jenderal Katamso, kelurahan Sukaraja, kecamatan
Medan Maimun, Medan, Sumatera Utara.
3.
Luas
Luas
istana lebih kurang 2.772 m, dengan halaman yang luasnya mencapai 4 hektar.
Panjang dari depan kebelakang mencapai 75,50 m. dan tinggi bangunan mencapai
14,14 m. Bangunan istana bertingkat dua, ditopang oleh tiang kayu dan batu
Setiap
sore, biasanya banyak anak-anak yang bermain di halaman istana yang luas.
4.
Arsitektur
Arsitektur
bangunan merupakan perpaduan antara ciri arsitektur Moghul, Timur Tengah,
Spanyol, India, Belanda dan Melayu. Pengaruh arsitektur Belanda tampak pada
bentuk pintu dan jendela yang lebar dan tinggi. Tapi, terdapat beberapa pintu
yang menunjukkan pengaruh Spanyol. Pengaruh Islam tampak pada keberadaaan
lengkungan (arcade) pada atap. Tinggi lengkungan tersebut berkisar
antara 5 sampai 8 meter. Bentuk lengkungan ini amat populer di kawasan Timur
Tengah, India dan Turki.
Bangunan
istana terdiri dari tiga ruang utama, yaitu: bangunan induk, sayap kanan dan
sayap kiri. Bangunan induk disebut juga Balairung dengan luas 412 m2,
dimana singgasana kerajaan berada. Singgasana kerajaan digunakan dalam
acara-acara tertentu, seperti penobatan raja, ataupun ketika menerima sembah
sujud keluarga istana pada hari-hari besar Islam.Di bangunan ini juga terdapat
sebuah lampu kristal besar bergaya Eropa.
Di
dalam istana terdapat 30 ruangan, dengan desain interior yang unik, perpaduan
seni dari berbagai negeri. Dari luar, istana yang menghadap ke timur ini tampak
seperti istana raja-raja Moghul.
5.
Perencana
Ada
beberapa pendapat mengenai siapa sesungguhnya perancang istana ini. Beberapa
sumber menyebutkan perancangnya seorang arsitek berkebangsaan Italia, namun
tidak diketahui namanya secara pasti. Sumber lain, yaitu pemandu wisata yang
bertugas di istana ini, mengungkapkan bahwa arsiteknya adalah seorang Kapitan
Belanda bernama T. H. Van Erp.
6.
Renovasi
Istana
ini terkesan kurang terawat, boleh jadi, hal ini disebabkan minimnya biaya yang
dimiliki oleh keluarga sultan. Selama ini, biaya perawatan amat tergantung pada
sumbangan pengunjung yang datang. Agar tampak lebih indah, sudah seharusnya
dilakukan renovasi, tentu saja dengan bantuan segala pihak yang concern dengan
nasib cagar budaya bangsa.
Sejenak tentang ksultan di kerajaan deli
Meriam Jelmaan Putri Cantik di Istana Maimun Medan
Di depan pintu masuk terdapat sebuah prasasti besar buatan Dinas
Pariwisata Kota Medan. Isinya rupanya penjelasan soal bangunan ini dan Legenda
Meriam Puntung alias meriam buntung.
Disebutkan, Meriam Puntung adalah penjelmaan dari adik Putri Hijau dari
Kerajaan Deli Tua bernama Mambang Khayali nan cantik jelita. Dia berubah
menjadi meriam dalam mempertahankan istana dari serbuan Raja Aceh yang ditolak
pinangannya oleh Putri Hijau.
Akibat laras meriamnya yang terlalu panas karena menembak terus
menerus, maka akhirnya meriam pecah menjadi dua bagian. Ujung meriam yang
merupakan bagian yang satu, melayang dan menurut dongeng jatuh di Kampung
Sukanalu, Kecamatan Barus Jahe, Tanah Karo. Sedangkan bagian yang lain disimpan
pada bangunan kecil di sisi kanan Istana Maimun.
Wah! Legenda yang menarik. Saya pun jadi penasaran dan masuk ke
bangunan tersebut. Di dalamnya ada seorang ibu bernama Farida yang menjadi
penunggu. Sementara, pengunjung membayar uang sukarela Rp 3.000 untuk
kebersihan.
Ruangannya sekitar 4x6 meter. Ada semacam altar dengan atap berbentuk
rumah Batak dan di bawahnya dibalut kain hijau. Di balik kain hijau itulah
terdapat meriam buntung.
Nah rupanya, di bagian atas meriam ditabur aneka bunga-bunga. Menurut Farida, masyarakat ada yang percaya meriam ini membawa berkah.
Nah rupanya, di bagian atas meriam ditabur aneka bunga-bunga. Menurut Farida, masyarakat ada yang percaya meriam ini membawa berkah.
"Iya ini Meriam Puntung kalau orang ada kaul (punya impian-red),
kemari hari Senin, Kamis atau Jumat. Taruh bunga-bungaan," kata Farida
yang suaminya masih keluarga Kesultanan Deli.
Ah, terlepas dari kepercayaan dan legenda yang ada, Meriam Puntung adalah kisah sejarah yang menarik. Sepotong kisah dari meriam yang sepotong juga, Meriam Puntung menambah pengalaman menarik wisatawan yang mengunjungi Istana Maimun Medan.
Ah, terlepas dari kepercayaan dan legenda yang ada, Meriam Puntung adalah kisah sejarah yang menarik. Sepotong kisah dari meriam yang sepotong juga, Meriam Puntung menambah pengalaman menarik wisatawan yang mengunjungi Istana Maimun Medan.
Legenda
meriam puntung
Kampung
kecil, dalam masa lebih kurang 80 tahun dengan pesat berkembang menjadi kota,
yang dewasa ini kita kenal sebagai kota Medan, berada di suatu tanah datar atau
MEDAN, di tempat Sungai Babura bertemu dengan Sungai Deli, yang waktu itu
dikenal sebagai “Medan Putri”, tidak jauh dari Jalan Putri Hijau sekarang.
Menurut Tengku Lukman Sinar, SH
dalam bukunya “Riwayat Hamparan Perak” yang terbit tahun 1971, yang mendirikan
kampung Medan adalah Raja Guru Patimpus, nenek moyang Datuk Hamparan Perak (Dua
Belas Kota) dan Datuk Sukapiring, yaitu dua dari empat kepala suku Kesultanan
Deli.
John
Anderson, seorang pegawai Pemerintah Inggeris yang berkedudukan di Penang,
pernah berkunjung ke Medan tahun 1823. Dalam bukunya bernama “Mission to the
Eastcoast of Sumatera”, edisi Edinburg tahun 1826, Medan masih merupakan satu
kampung kecil yang berpenduduk sekitar 200 orang. Di pinggir sungai sampai ke
tembok Mesjid kampung Medan, ada dilihatnya susunan batu-batu granit berbentuk
bujur sangkar yang menurut dugaannya berasal dari Candi Hindu di Jawa.
Menurut legenda, dizaman dahulu
kala pernah hidup di Kesultanan Deli Lama kira-kira 10 km dari kampung Medan,
di Deli Tua sekarang seorang putri yang sangat cantik dan karena kecantikannya
diberi nama Putri Hijau. Kecantikan puteri itu tersohor kemana-mana, mulai dari
Aceh sampai ke ujung utara Pulau Jawa.
Sultan
Aceh jatuh cinta pada puteri itu dan melamarnya untuk dijadikan permaisurinya.
Lamaran Sultan Aceh itu ditolak oleh kedua saudara laki-laki Putri Hijau.
Sultan Aceh sangat marah karena penolakannya itu dianggap sebagai penghinaan
terhadap dirinya. Maka pecahlah perang antara kesultanan Aceh dan kesulatanan
Deli.
Menurut legenda yang tersebut di
atas, dengan mempergunakan kekuatan gaib, seorang dari saudara Putri Hijau
menjelma menjadi seekor ular naga dan yang seorang lagi sebagai sepucuk meriam
yang tidak henti-hentinya menembaki tentara Aceh hingga akhir hayatnya.
Deli Lama mengalami kekalahan dalam peperangan
itu dan karena kecewa, Putera mahkota yang menjelma menjadi meriam itu, meledak
bagian belakangnya terlontar ke Labuhan Deli dan bagian depannya kedataran
tinggi Karo, kira-kira 5 km dari Kabanjahe.
Pangeran yang seorang lagi yang
telah berubah menjadi seekor ular naga itu, mengundurkan diri melalui satu
saluran dan masuk ke dalam Sungai Deli, disatu tempat yang berdekatan dengan
Jalan Putri Hijau sekarang. Arus sungai membawanya ke Selat Malaka dari tempat
ia meneruskan perjalanannya yang terakhir di ujung Jambo Aye dekat Lok Seumawe,
Aceh.
Putri
Hijau ditawan dan dimasukkan dalam sebuah peti kaca yang dimuat ke dalam kapal
untuk seterusnya dibawa ke Aceh.
Ketika kapal sampai di ujung
Jambo Aye, Putri Hijau mohon diadakan satu upacara untuknya sebelum peti
diturunkan dari kapal. Atas permintaannya, harus diserahkan padanya sejumlah
beras dan beribu-ribu telur. Permohonan tuan Putri itu dikabulkan.
Tetapi, baru saja upacara
dimulai, tiba-tiba berhembus angin ribut yang maha dahsyat disusul oleh
gelombang-gelombang yang sangat tinggi. Dari dalam laut muncul abangnya yang
telah menjelma menjadi ular naga itu dengan menggunakan rahangnya yang besar
itu, diambilnya peti tempat adiknya dikurung, lalu dibawanya masuk ke dalam
laut.
Legenda ini sampai sekarang
masih terkenal dikalangan orang-orang Deli dan malahan juga dalam masyarakat
Melayu di Malaysia. Di Deli Tua masih terdapat reruntuhan benteng dari Puri
yang berasal dari zaman Putri Hijau, sedangkan sisa meriam, penjelmaan abang
Putri Hijau, dapat dilihat di halaman Istana Maimun, Medan.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Dari
semua yang telah kami tulis, kami dapat menyimpulkan bahwa semua objek – objek bersejarah
yang kami kunjungi yaitu, mureum negri medan, masjid raya, istana maimun.
4.2
Saran
1. Benda – benda di museum hendaknya
ditingkatkan perawatannya supaya wisatawan bias tetap menikmati keaslian
benda – benda tersebut. Untuk itu, diharapkan dapat meningkatkan Objek
wisata tersebut.
2. Pemerintah hendaknya lebih
meningkatkan mutu dan keamanan dari lokasi bersejarah
3. Masalah waktu. Mungkin, masalah
ini sudah tidak asing lagi dalam setiap pelaksanaan studi tour. Apa yang
menyebabkan terjadinya masalah waktu ?. Mungkin, kurang terjadinya
kordinasi dan kurang disiplinya semua pihak dalam menyusun jadwal
pemberangkatan ataupun jadwal pemberhentian. Kemudian, apa saja
bentuk masalah waktu tersebut ? masalah waktu tersebut diantaranya :
tenggang waktu di daerah transit terlalu lama sehingga menunda waktu
pemberangkatan selanjutnya. Bijaknya, dalam pelaksanaan studi tour, Kita
semua harus sepandai – pandainya mengatur waktu baik itu jadwal
pemberangkatan maupun jadwal pemberhentian.
Demikian Kritik dan saran yang dapat
kami sampaikan. Semoga saran dan kritik kami dapat memberikan manfaat untuk
semua pihak
Daftar pustaka
1. medan –Sumatra utara
2. museum negri medan
3. masjid raya medan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar